"Ini mungkin akan menjadi akhir bagi kita, jadi aku ingin bertanya padamu, Gintoki. Kenapa kau memutuskan untuk ikut serta dalam perang ini? Apakah kau ingin melindungi negara ini dari para amanto brengsek, atau kau ingin menjadikan dirimu pahlawan?" tanya Takasugi.
"Entahlah. Aku bukanlah orang baik yang mati untuk sesuatu seperti itu. Sama sepertimu." jawab Gintoki.
"Sepertinya kau benar. Pada akhirnya kita hanya membandingkan kegagalan kita pada Zura dan Tatsuma. Lupakan bushido, kita hanya pasangan pejuang tak berguna. Tapi, ada beberapa hal yang bisa dipahami oleh si tidak berguna." sambung Takasugi.
"Gintoki, jika aku mati disini. Aku serahkan sensei padamu, anggap saja itu permintaan dari orang yang tidak berguna sepertiku." pinta Takasugi.
"Kalau begitu sebagai orang tak berguna aku akan meminta tolong juga."
Gintoki lalu mengingat erlihat flashback saat Gintoki tertahan oleh orang-orang Naraku yang menghalangi Gintoki agar tak menyelamatkan Shouyou-sensei yang ditangkap oleh Naraku.
"Tetaplah hidup"
Mereka pun maju menyerang amanto yang mengepung mereka.
TRAANGGG!!
Mereka yang sebelumnya bertarung bersama kini saling beradu pedang!
Gintama 516 - Dua Orang Tak Berguna
Pedang mereka saling beradu! Takasugi menunjukkan ekspresi senang, tapi tidak dengan Gintoki yang menunjukkan ekspresi serius.
Takasugi mencengkeram pedangnya yang masih beradu lalu mendorong pedangnya ke tanah untuk menahan Gintoki. Takasugi mencoba menyerang Gintoki yang sedang lengah, tapi serangannya masih dapat dihindari.
Gintoki lalu mengunci pergerakan tangan Takasugi yang masih menghunuskan pedangnya. Gintoki lalu membantingnya, tapi Takasugi memanfaatkannya untuk menyerang Gintoki yang terjatuh karena membantingnya.
Pedang pun mereka kembali berbenturan!!
Serangan itu menghasilkan luka sayatan di pundak Gintoki. Sedangkan Takasugi terkena serangan di sebelah mata kirinya. Darah memancar dari luka mereka.
Takasugi yang terjatuh langsung disambut dengan serangan pedang kayu Gintoki. Sayang serangan Gintoki masih meleset.
Takasugi tiba-tiba muncul dan langsung menyerang Gintoki. Tapi Gintoki dapat mengatasinya dengan ujung bawah pedang kayunya.
Gintoki langsung menendang Takasugi yang lengah, Takasugi membalasnya dengan memukul Gintoki menggunakan sarung pedangnya.
Mereka pun terpental beberapa langkah.
Gintoki dan Takasugi kembali beradu diiringi dengan teriakan mereka...
Teriakan mereka mengantarkan cerita pada flashback...
Di sebuah kuil, Katsura kecil menaiki anak tangga. Ia lalu menemui Takasugi yang bersandar di tangga kuil kecil itu.
"Seperti yang kuduga, kau pasti datang kesini, huh? Kau menjadi tak terkontrol di sekolah khusus ini. Termasuk kejadian ini, berapa kali kau melakukannya? Bahkan akademi pelatihan militer bergengsi dimana para jenius yang akan membawa masa depan negeri ini di pundak mereka berkumpul tidak cukup untuk orang sepertimu. Itu yang ingin kau katakan, Takasugi?" tanya Katsura kecil.
"Berkumpul bersama orang penting di sekolah bergengsi? Jangan membuatku tertawa Katsura, satu-satunya hal yang ada adalah hanya anak-anak kecil yang diseret kesana oleh uang orang tua mereka. Menjadi liar katamu? Aku hanya berlatih dengan sungguh-sungguh dan mengeluarkan segenap kemampuanku." ungkap Takasugi kecil.
"Mati untuk kepentingan tanah kelahiran atau negara? Apakah itu yang membuat samurai hebat? Memang ini salahku, tapi aku tak tertarik pada sesuatu yang tak berarti seperti itu." sambung Takasugi kecil.
"Lalu, kau ingin menjadi pejuang yang seperti apa?" tanya Katsura kecil.
Takasugi lalu beranjak pergi dari kuil dengan melewati Katsura begitu saja.
"Takasugi, kau mau kemana?" tanya Katsura kecil.
"...Entah. Jika aku tahu, maka seharusnya itu mudah." jawab Takasugi kecil.
Segerombol remaja tiba-tiba menghadang Takasugi yang akan meninggalkan area Kuil. Katsura pun kaget begitu tahu ada yang menghadang Takasugi.
"Takasugi, sepertinya kau memberi masalah pada adikku, pejuang rendahan sepertimu harus tahu kastamu. Sepertinya kau butuh pelajaran spesial dari seniormu." ujar salah seorang dari segerombol remaja itu.
Takasugi lalu memungut ranting yang berada di dekatnya sebagai senjata.
"Sepertinya aku akan mendapat latihan yang sebenarnya sekarang." ujar Takasugi kecil.
"Tunggu, apa kalian bisa tetap di jalan ksatria jika kalian tidak bisa membedakan pertarungan latihan dengan pertarungan pribadi. Selain itu, kita juga benar-benar kalah jumlah!" larang Katsura kecil.
"Bukankah itu Katsura? Oh, sempurna Aku dengar kau siswa teladan, aku tak peduli meski kau pelajar dengan beasiswa, kita bisa sakit jika duduk di sebelah orang miskin yang tak mampu membayar." timpal salah seorang dari segerombolan remaja itu.
"Ayo selesaikan semuanya disini!"
Segerombolan remaja itu lalu maju mengeroyok Takasugi dan Katsura.
"Lihatlah Katsura, tidak ada satupun Samurai diantara mereka." ujar Takasugi kecil.
Tiba-tiba sebuah Katana meluncur tepat di depan mereka yang membuat langkah mereka terhenti.
Seseorang dari atas pohonlah yang melakukannya. Tak lain tak bukan dia adalah Gintoki kecil yang sedang tidur-tiduran di atas pohon.
"Gyagyagya, diam kalian, apa disekitar sini sedang ada musim kawin, dasar bodoh?" celoteh Gintoki kecil.
"Jika kau sangat ingin bertarung, pergilah ke sekolah di kuil. Apa kau tidak pernah belajar untuk membolos dengan baik? Jika kau tidak tahu aku akan mengajarimu." sambung Gintoki.
"Si-siapa kau?!" tanya salah seorang dari segerombolan remaja itu.
Gintoki lalu turun pohon dengan menginjak wajah salah satu dari segerombolan remaja tadi.
"Tidurlah." perintah Gintoki kecil.
"Samurai tidak boleh setengah-setengah. Jika waktunya untuk melakukan sesuatu, mereka akan menyelesaikan dengan sepenuh hati. Disini, kita dapat melakukannya bersama jika kau mau, cukup nyantai dan tidur siang." celoteh Gintoki sembari mengupil.
"Siapa juga yang mau tidur siang?!! Jangan pikir kami akan membiarkanmu lolos!!" protes salah seorang dari segerombolan remaja itu sembari mengacungkan pedangnya.
Tiba-tiba langkah mereka semua terhenti. Segerombol remaja itu roboh tiba-tiba dengan benjol di kepala mereka.
Shouyou-sensei yang baru saja datang menjitaki kepala segerombolan remaja itu secepat kilat.
"Ah, Gintoki, kau benar. Samurai benar-benar tidak boleh berperilaku iseng dan setengah-setengah. Ya... mereka yang menyebut diri mereka Samurai seharusnya tidak setengah-setengah dalam bertindak. Ini bisa dibenarkan jika menggunakan pangkat tertinggi untuk menggertak orang." timpal Shouyou-sensei.
Gintoki tiba-tiba menjadi takut ketika melihat Shouyou-sensei. Katsura dan Takasugi malah melongo melihat ulah Shouyou-sensei.
"Tapi Gintoki, mengingat kau masih seorang bocah kencur, masih 100 tahun terlalu cepat untuk memikirkan cara membolos pelajaran." sambung Shouyou-sensei sembari menjitak Gintoki hingga terbenam ke tanah.
Shouyou-sensei lalu berbalik pulang sembari menyeret Gintoki kecil. Ia lalu berpesan pada Takasugi dan Katsura kecil yang masih melongo.
"Sekarang, kedua belah pihak telah dihukum karena bertarung. Kalian berdua, tolong bawa mereka kembali ke Sekolah bersama kalianini denganmu dan kembali ke sekolah. Kalian, dua Samurai kecil." phgnta Shouyou-sensei.
Shouyou-sensei lalu pergi sembari menyeret Gintoki kecil yang pingsan...
"...I-itu..." ucap Katsura kecil dengan terbata-bata.
"Ternyata rumor yang kudengar itu benar. Baru-baru ini ada seorang samurai yang membawa anak berambut perak dan membuka sekolah swasta. Dan ia telah mengajari anak miskin menulis tanpa menarik biaya. Dia adalah kepala dari Shouka Sonjuku, Yoshida Shouyou." ungkap Takasugi.
[TN: Dalam sejarah Shouka Sonjyuku (secara harfiah berarti 'Akademi Swasta Di Bawah Pohon Pinus') aslinya adalah sekolah swasta yang dijalankan oleh Yoshida Shoin, seorang intelektual terkemuka di Prefektur Yamaguchi pada tahun 1830-1859 (akhir periode Edo). Dia mendidik Takasugi Shinsaku dan Perdana Menteri pertama Jepang, Itou Hirobumi.]
*Kenangan sekolah---
Gintama
...Lesson 516
/Selesai.
0 comments:
Post a Comment